Sabtu, 19 April 2014

                                      Oleh: Ulin Nihayatil Qudsiyah*)
Beberapa pendapat menyatakan lahirnya generasi unggulan bergantung dari kedekatannya dengan al-Quran. Al-Quran bukan hanya kunci surga tetapi al-Qur’an adalah kunci kecerdasan holistik (PQ, IQ, EQ, dan SQ). Tantangan di dunia penghafalan al-Quran hari ini adalah, bagaimana menumbuhkan kecintaan kita terhadap al-Quran dan bagaimana menghilangkan budaya “nanti dulu”.

            Seperti yang kita ketahui, tidak banyak universitas maupun perguruan tinggi manapun yang didalamnya terdapat sebuah lembaga atau organisasi yang menyediakan wadah untuk menaungi para hafidz-hafidzah atau calon hafidz-hafidzah. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para hafidz hafidzah tentu tidak akan khawatir dalam menjaga hafalan yang dimilikinya, karena lingkungan yang mendukung dan sederet peraturan yang mampu membantu para hafidz hafidzah menjaga hafalannya. Lalu, bagaimana dengan kita yang sudah memasuki gerbang perkuliahan? Mampukah kita menjaganya sebaik kita ketika di pondok? Jawabannya adalah iya.
            Tugas yang menumpuk dan berbagai macam kegiatan yang bersifat akademik memang sebagian besar menyita waktu kita, namun itu tidak lantas membuat kita melupakan tanggung jawab kita kepada Allah, tanggung jawab menjaga hafalan kita. Bagaimana caranya mengatur waktu sehingga segala sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita benar-benar dapat kita laksanakan. Apakah mungkin dengan keadaan dunia kampus kini akan benar-benar membawa kita tetap Istiqomah, sedangkan lingkungan berperan penting dalam kemajuan dan keefektifan kegiatan kita.
            Manajemen waktu dan istiqomah adalah hal yang penting untuk terus di upayakan, kita tahu bahwa budaya “nanti dulu” bagi manusia kini adalah hal yang sudah tidak asing lagi, sikap yang ingin terus-terusan menunda pekerjaan dan rasa malas adalah penyakit yang sulit dihindari, namun bukan berarti tidak bisa di sembuhkan. Solusi pertama yang ditawarkan adalah Rasa “Hubb” pada al-Qur’an harus kita tanamkan kuat-kuat. Bagaimana bisa kita merasa nyaman dan istiqomah dalam menjaga hafalan jika rasa cinta kita terhadap al-Qur’an masih kalah dengan kepentingan duniawi yang tidak ada habisnya.
            Di kampus tercinta kita UIN Sunan Ampel Surabaya ini terdapat sebuah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang memiliki fungsi mewadahi para mahasiswa yang sudah mempunyai atau baru ingin menghafalkan al-Qur’an, UKM ini bernamakan UKM-Pengembangan Tahfidhul Qur’an atau yang lebih akrab di sebut UPTQ. Kita patut berbangga hati karena tidak semua mahasiswa mampu atau mau meluangkan waktunya untuk “meramut” organisasi yang memiliki peran penting bagi hafidz hafidzah di dunia kampus kita.
            Dimana organisasi ini tidak hanya menyediakan sarana untuk menjaga hafalan hafidz hafidzah, tapi juga membantu mahasiswa mendapatkan pengalaman berorganisasi. Kesempatan ini sayang sekali jika tidak benar-benar dimanfaatkan, memiliki hafalan tidak lantas membuat kegiatan kita terbatas. Sebagai mahasiswa kita dituntut mengasah skill kita karena itu akan dijadikan bekal kita besok ketika sudah terjun ditengah masyarakat.
            Di UKM-Pengembangan Tahfidhul Qur’an banyak sekali kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi kita, seperti hal nya Setoran al-Qur’an, Tahsinul Qira’ah, Kajian keilmuan, selain itu kita juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang menarik melalui diklat organisasi, diklat jurnalistik dan sederet diklat lainnya yang dikemas secara bagus dan diharapkan menambah keilmuan dan pengetahuan kita. Perlu diingat, pengaruh lingkungan dalam hidup kita bobotnya hampir mencapai 75%. Oleh karena itu, perlulah bagi kita memilah-milah lingkungan seperti apakah yang mampu dan diyakini bisa membantu mengatasi kesulitan yang kita hadapi.
            Terlepas dari kewajiban akademis kita, kewajiban menjaga dan mengembangkan keilmuan kita dalam dunia Tahfidz al-Qur’an juga harus kita raih. Menjadi mahasiswa yang sukses dalam bidang akademis dan organisasi adalah impian setiap mahasiswa. Tentu kunci utama berhasil tidaknya tetap pada manajemen waktunya, terus bersabar dan terus istiqomah. Kesuksesan kita diukur bukan dari hasilnya, tapi dari prosesnya.
Tetap semangat. Kuliah Yes, Ngaji Yes, Aktivis Yes.


*Penulis adalah mahasiswi aktif semester 6 jurusan PAI. Posisi sebagai ketua 1 di jajaran pengurus UPTQ periode 2014. Saat ini juga tinggal & dipercaya sebagai Sekertaris umum di Asrama Puteri UKM-Pengembangan Tahfidhul Qur’an.

0 komentar:

Posting Komentar