Oleh : Ahmad
Fakhruddin Fajrul Islam, M.Th.I*)
Tak terasa,
tepat 4 tahun organisasi intra kampus yang bernama Unit Kegiatan Mahasiswa –
Pengembangan Tahfidhul Qur’an selanjutnya disingkat menjadi UPTQ ini lahir
menjadi keluarga baru Unit Kegiatan Mahasiswa di IAIN Sunan Ampel (22 Desember
2009). Kelahiran UPTQ adalah sebuah perjuangan suci demi mewadahi Huffadhul
Qur’an yang berproses secara akademis di kampus islam. karena amanat dan
tanggungjawab para hafidh al-qur’an tentu berbeda dengan
yang hanya memahaminya
saja, perlu perjuangan dan tanggungjawab yang besar untuk senantiasa menjaga
hafalan di mana pun berada termasuk di tengah-tengah kesibukan akademis maupun
keorganisasian di ranah kampus.
Menjawab
keresahan itu, kami ber-empat mencoba menghidupkan kegiatan khusus ke
al-qur’an-an secara khusus yakni menjaga hafalan dan menghafal di kampus namun
melalui wadah yang awalnya independen. para pendiri awal tersebut saya sendiri
Ahmad Fakhruddin FI (saat itu semester 9 TH), Muthi’ah Hijriyati (semester 7
TH), Saifuddin Nur (semester 7 PAI), Zainuddin Bahri (semester 7 PAI), kami
yang pada saat itu sedang aktif menjabat di berbagai organisasi baik intra
maupun ekstra mendapat amanat langsung dari Rektor IAIN Sunan Ampel saat itu
Prof. DR. H. Nur Syam, M.Si karena beliau ingin kegiatan al-qur’an (yang bukan merupakan seni) dihidupkan kembali setelah
“kematian LTQ – Lembaga Tahfidhul Qur’an” pada tahun 2008. Akhirnya tanggal 05
Februari 2010 resmi menjadi Dies Natalis UPTQ dengan Surat keputusan Rektor
nomor : In.02/1/PP.00.9/35 b/P/2010, UPTQ pun resmi lahir menjadi keluarga baru
Unit Kegiatan Mahasiswa Intra Kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Bukan sebuah
perjuangan yang mudah untuk menghidupkan kembali kegiatan al-qur’an yang
terfokus pada skill murni dan spiritual murni dalam hal ini menghafal
al-qur’an. Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh al-qur’an
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi secara
inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggungjawab pribadi untuk menjaga
hafalan al-qur’an adalah sangat berat bahkan ada yang merasa membebaninya. Hal
tersebut tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori kesenian atau seni baca
al-qur’an, karena menghafal dan menjaga hafalan bukanlah sebuah seni melainkan
sebuah skill dan perjuangan diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
UPTQ sendiri
tidak memfokuskan ke dalam seni baca al-qur’an karena UPTQ murni pada
pengembangan keilmuan untuk membaca al-qur’an dan menghafal al-qur’an sesuai
dengan metode yang benar. Hal inilah yang membedakan UPTQ dengan fokus kegiatan
UKM lain dalam hal ini IQMA. Perbedaan fokus kegiatan inilah yang membedakan
lingkup kegiatan UPTQ dan IQMA yang mempunyai cakupan kegiatan seperti seni
baca al’quran tilawah, seni sholawat, seni MC, seni dakwah. pada saat awal
berdirinya UPTQ pun kami sudah berkoordinasi dengan para pimpinan dan Pembina
IQMA saat itu, ketua IQMA saat itu sdr. Mu’tashim Billah yang notabene sahabat
saya, para pembinanya Ust. Ibnu Hajar Anshori, Ust. Badrut Tamam, Ust. Muhammad
Amin. Kami bergandengan tangan saling mendukung kegiatan satu sama lain, bahkan
salah seorang Ketua Harian IQMA periode 2010 mbak Limmatus Sauda’ ikut menjadi anggota dan pengurus UPTQ karena
beliau ingin menghafalkan al-qur’an.
Jadi jika ada
isu yang mengatakan kalau kehadiran UPTQ mengusik UKM lain itu tidak benar,
karna dari sejarahnya pun tidak ada masalah itu dan kami saling mendukung satu
sama lain, dengan fokus kegiatannya yangsangat berbeda. Saling menghormati
dalam perbedaan dan persaudaraan UKM intra kampus adalah warisan yang telah
kami berikan kepada kader-kader UPTQ hingga saat ini. Alhamdulillah sampai saat
ini pun masih dijaga dengan baik oleh para kader pejuang penghafal Kalam Ilahi
yang berada di UPTQ.
Tahun ini UPTQ
memasuki periode kepengurusan ke lima setelah pada periode I saya sendiri sebagai
ketua umum perdana pada 2010, periode kedua
2011 Ustdh. Muthi’ah Hijriyati, M.Th.I, periode ketiga 2012 Ust. Sabiq
Izzuddin, S.HI, periode keempat Ustdh. Ma’rifatun Ni’mah, S.Hum dengan dibantu
Plt. Ketua Umum sdr. Syukron Ali yang mengakhiri periode kepengurusan karena
statuta organisasi yang mengharuskan Ketua Umum definitive non-aktif karena lulus kuliah pada oktober 2013,
dilanjutkan periode 2014 yang akan meneruskan estafet tanggungjawab yang
dipimpin Sdr. Alfiyan. Alhamdulillah kewajiban dan syarat ketua umum yang harus
sudah selesai hafalan al-qur’an 30 juz sangat terpenuhi dari setiap periode,
karena hal tersebut menjadi utama selain amanat dari Pak Nur Syam saat itu
menjadi rektor mewajibkan ketua umum uptq 30 juz bil ghoib juga demi menjaga kualitas
organisasi. karena uptq lebih mengutamakn kualitas kader dibanding kuantitas
kader, hanya mereka yang mau berjuang dan berkorban di jalan al-qur’an adalah
yang disebut sebagai Keluarga Besar UPTQ UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dengan
perubahan status kampus yang menjadi UIN, kami para pendiri mengharapkan
semangat kader semuanya dan sokongan maupun dukungan moril maupun materiil dari
pihak kampus demi terwujudnya kampus yang mempunyai kegiatan khusus yakni
menghafal al-qur’an dengan UPTQ sebagai punggawanya. begitu juga kami
mengharapkan semua UKM intra mampu membawa semua kegiatannya agar membuat harum
nama UIN Sunan Ampel Surabaya dengan beraneka ragam kegiatannya. Mari kita
sebagai keluarga besar UKM Intra berpegangan tangan dan selalu menjaga soliditas
masing-masing dan solidaritas antar UKM, maupun antar UKM dengan SEMA, DEMA
baik di tingkat Universitas maupun fakultas.
Akhirnya Salam Qur’ani menjadi
penutup goresan lepas ini…UKM berdaya,
UIN Berjaya…
*(Pendiri UPTQ dan ketua umum UPTQ periode
pertama UPTQ)
0 komentar:
Posting Komentar